TUGAS
ILMU BAHAN
ISOLATOR
NAMA
:
AHMAD
NURKHOLIS (05)
PRODI:
SISTEM KELISTRIKAN (D-4)
JURUSAN:
TEKNIK ELEKTRO
D-4
/ 1A
POLITEKNIK
NEGERI MALANG
2011
ISOLATOR GAS
Pada umumnya isolator
gas digunakan sebagai media isolasi dan penghantar panas. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan pada isolator gas ini adalah ketidakstabilan temperatur,
ketidaknormalan sifat kedielektrikan pada tekanan yang tinggi dan resiko
ledakan dari gas yang digunakan.
Berdasarkan kekuatan dielektrik,rugi-rugi dielektrik, stabilitas kimia,korosi, dll, isolator gas dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Gas sederhana, contohnya :
a. Udara
b. Nitrogen
c. Helium
d. Hidrogen , dan lain-lain
2. Gas Oksida, contohnya :
a. Gas karbondioksida
b. Gas Sulphur dioksida
3. Gas Hidrokarbon, contohnya :
a. Methana
b. Ethana
c. Propana dan lain-lain
4. Gas Elektronegatif, contohnya :
a. Gas Sulphur hexaflorida
b. CH2Cl2
Dalam pemilihan jenis isolator gas yang dipergunakan, perlu diperhatikan sifat dari kedielektrikan gas yang digunakan pada temperatur dan tekanan dimana gas tersebut akan digunakan sebagai media isolasi
Beberapa sifat dari isolator gas sebagai media isolasi yang perlu diperhatikan antara lain yaitu :
1. Sifat Kelistrikan, yang mencakup antara lain :
a. Tahanan isolasi
b. Kekuatan Dielektrik
c. Faktor Daya
d. Konstanta Dielektrik
e. Rugi-rugi dielektrik
2. Temperatur,
3. Sifat Kimia, dan
4. Sifat Mekanis
a. kerapatan volume
b. viskositas
c. absorpsi kelembaman
d. tekanan permukaan,dll
Mekanisme Kegagalan Isolasi Gas
Dalam mekanisme tembus listrik bahan isolasi,ada beberapa peristiwa/proses yang berperan di dalamnya, antara lain :
a. Ionisasi, yaitu peristiwa terlepasnya elektron dari ikatan atom netral sehingga menghasilkan satu elektron bebas dan ion positif
b. Deionisasi, yaitu peristiwa dimana satu ion positif menangkap elektron bebas sehingga ion positif tersebut menjasi atom netral
c. Emisi, yaitu peristiwa terlepasnya elektron dari permukaan logam menjasi elektron bebas
Proses dasar dalam kegagalan isolasi gas adalah ionisasi benturan oleh elektron.
Ada dua jenis proses dasar yaitu :
• Proses primer, yang memungkinkan terjadinya banjiran elektron
• Proses sekunder, yang memungkinkan terjadinya peningkatan banjiran elektron
Saat ini dikenal dua mekanisme kegagalan gas yaitu :
• Mekanisme Townsend
• Mekanisme Streamer
1. Mekanisme Kegagalan Townsend
Ne.(t).dt; dimana :a Ne.dx . Ternyata jumlah elektron bebas dNe yang bertambah akibat proses ionisasi sama besarnya dengan jumlah ion positif dN+ baru yang dihasilkan, sehingga dNe = dN+ = aPada proses primer, elektron yang dibebaskan bergerak cepat sehingga timbul energi yang cukup kuat untuk menimbulkan banjiran elektron. Jumlah elektron Ne pada lintasan sejauh dx akan bertambah dengan dNe, sehingga elektron bebas tambahan yang terjadi dalam lapisan dx adalah dNe =
: koefisien ionisasi Townsenda
dN+ : jumlah ion positif baru yang dihasilkan
Ne : jumlah total elektron
Vd : kecepatan luncur elektron
xa e konstan, Ne = N0, x = 0 sehinggaNe = N0 aPada medan uniform,
xa eJumlah elektron yang menumbuk anoda per detik sejauh d dari katoda sama dengan jumlah ion positif yaitu N+ = N0
Jumlah elektron yang meninggalkan katoda dan mencapai anoda adalah :
da eArus ini akan naik terus sampai terjadi peralihan menjadi pelepasan yang bertahan sendiri. Peralihan ini adalah percikan dan diikuti oleh perubahan arus dengan cepat dimana karena >> d secara teoritis menjadi tak terhingga, tetapi dalam praktek hal ini dibatasi oleh impedansi rangkaian yang menunjukkan mulainya percikan.a e 0 À1 maka
2. Mekanisme Kegagalan Streamer
Ciri utama kegagalan streamer adalah postulasi sejumlah besar foto ionisasi molekul gas dalam ruang di depan streamer dan pembesaran medan listrik setempat oleh muatan ruang ion pada ujung streamer. Muatan ruang ini menimbulkan distorsi medan dalam sela. Ion positif dapat dianggap stasioner dibandingkan elektron-elektron yang begerak cepat dan banjiran elektron terjadi dalam sela dalam awan elektron yang membelakangi muatan ruang ion positif. Medan Er yang dihasilkan oleh muatan ruang ini pada jari jari R adalah :
x dx sehingga :a e aPada jarak dx, jumlah pasangan elektron yang dihasilkan adalah
(2Dt).ÖR adalah jari jari banjiran setelah menempuh jarak x, dengan rumus diffusi R=
Dimana t = x/V sehingga
dimana :
0 : permitivitas ruang bebas, R : jari jari (cm), V : kecepatan banjiran, dan D : koefisien diffusi.eN : kerapatan ion per cm2, e : muatan elektron ( C ),
Udara
Udara merupakan bahan isolasi yang mudah didapatkan, mempunyai tegangan tembus yang cukup besar yaitu sekitar 30 kV/cm. kalau dua buah elektroda yang dipisahkan dengan udara mempunyai beda potensial yang tinggi yaitu tegangan yang melebihi tegangan tembus, maka akan timbul loncatan bunga api. Bila tegangan itu dinaikkan lagi, maka akan terjadi busur api. Besarnya tegangan tembus dipengaruhi oleh tekanan udara. Secara umum,makin besar tekanannya, main besar pula tegangan tembusnya. Tetapi pada keadaan pakemjustru tegangan tembus akan menjadi lebih besar. Keadaan yang demikian inilah yang justru digunakan atau diterapkan pada peralatan listrik.
Sulphur Hexa Fluorida
Sulphur Hexa Fluorida (SF6) merupakan suatu gas bentukan antara unsur sulphur dengan fluor dengan reaksi eksotermis :
S + 3 F2 SF6 + 262 kilo kalori
Sampai saat ini SF6 merupakan gas terberat yang mempunyai massa jenis 6.139 kg/m3 yaitu sekitar 5 kali berat udara pada suhu 00 celcius dan tekanan 1 atmosfir.
Sifat dari SF6 sebagai media pemadam busur api dan relevansinya pada sakelar pemutus beban adalah :
a. Hanya memerlukan energi yang rendah untuk mengoperasikan mekanismenya. Pada prinsipnya, SF6 sebagai pemadam busur api adalah tanpa memerlukan energi untuk mengkompresikannya, namun semata-mata karena pengaruh panas busur api yang terjadi.
b. Tekanan SF6 sebagai pemadam busur api maupun sebagai pengisolasi dapat dengan mudah dideteksi
c. Penguraian pada waktu memadamkan busur api maupun pembentukannya kembali setelah pemadaman adalah menyeluruh
d. Relatif mudah terionisasi sehingga plasmanya pada CB konduktivitas tetap rendah dibandingkan pada keadaan dingin. Hal ini mengurangi kemungkinan busur api tidak stabil dengan demikian ada pemotongan arus dan menimbulkan tegangan antar kontak.
e. Karakteristik gas SF6 adalah elektro negatif sehingga penguraiannya menjadikan dielektriknya naik secara bertahap
f. Transien frekuensi yang tinggi akan naik selama operasi pemutusan dan dengan adanya hal ini busur api akan dipadamkan pada saat nilai arusnya rendah.
Berdasarkan kekuatan dielektrik,rugi-rugi dielektrik, stabilitas kimia,korosi, dll, isolator gas dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Gas sederhana, contohnya :
a. Udara
b. Nitrogen
c. Helium
d. Hidrogen , dan lain-lain
2. Gas Oksida, contohnya :
a. Gas karbondioksida
b. Gas Sulphur dioksida
3. Gas Hidrokarbon, contohnya :
a. Methana
b. Ethana
c. Propana dan lain-lain
4. Gas Elektronegatif, contohnya :
a. Gas Sulphur hexaflorida
b. CH2Cl2
Dalam pemilihan jenis isolator gas yang dipergunakan, perlu diperhatikan sifat dari kedielektrikan gas yang digunakan pada temperatur dan tekanan dimana gas tersebut akan digunakan sebagai media isolasi
Beberapa sifat dari isolator gas sebagai media isolasi yang perlu diperhatikan antara lain yaitu :
1. Sifat Kelistrikan, yang mencakup antara lain :
a. Tahanan isolasi
b. Kekuatan Dielektrik
c. Faktor Daya
d. Konstanta Dielektrik
e. Rugi-rugi dielektrik
2. Temperatur,
3. Sifat Kimia, dan
4. Sifat Mekanis
a. kerapatan volume
b. viskositas
c. absorpsi kelembaman
d. tekanan permukaan,dll
Mekanisme Kegagalan Isolasi Gas
Dalam mekanisme tembus listrik bahan isolasi,ada beberapa peristiwa/proses yang berperan di dalamnya, antara lain :
a. Ionisasi, yaitu peristiwa terlepasnya elektron dari ikatan atom netral sehingga menghasilkan satu elektron bebas dan ion positif
b. Deionisasi, yaitu peristiwa dimana satu ion positif menangkap elektron bebas sehingga ion positif tersebut menjasi atom netral
c. Emisi, yaitu peristiwa terlepasnya elektron dari permukaan logam menjasi elektron bebas
Proses dasar dalam kegagalan isolasi gas adalah ionisasi benturan oleh elektron.
Ada dua jenis proses dasar yaitu :
• Proses primer, yang memungkinkan terjadinya banjiran elektron
• Proses sekunder, yang memungkinkan terjadinya peningkatan banjiran elektron
Saat ini dikenal dua mekanisme kegagalan gas yaitu :
• Mekanisme Townsend
• Mekanisme Streamer
1. Mekanisme Kegagalan Townsend
Ne.(t).dt; dimana :a Ne.dx . Ternyata jumlah elektron bebas dNe yang bertambah akibat proses ionisasi sama besarnya dengan jumlah ion positif dN+ baru yang dihasilkan, sehingga dNe = dN+ = aPada proses primer, elektron yang dibebaskan bergerak cepat sehingga timbul energi yang cukup kuat untuk menimbulkan banjiran elektron. Jumlah elektron Ne pada lintasan sejauh dx akan bertambah dengan dNe, sehingga elektron bebas tambahan yang terjadi dalam lapisan dx adalah dNe =
: koefisien ionisasi Townsenda
dN+ : jumlah ion positif baru yang dihasilkan
Ne : jumlah total elektron
Vd : kecepatan luncur elektron
xa e konstan, Ne = N0, x = 0 sehinggaNe = N0 aPada medan uniform,
xa eJumlah elektron yang menumbuk anoda per detik sejauh d dari katoda sama dengan jumlah ion positif yaitu N+ = N0
Jumlah elektron yang meninggalkan katoda dan mencapai anoda adalah :
da eArus ini akan naik terus sampai terjadi peralihan menjadi pelepasan yang bertahan sendiri. Peralihan ini adalah percikan dan diikuti oleh perubahan arus dengan cepat dimana karena >> d secara teoritis menjadi tak terhingga, tetapi dalam praktek hal ini dibatasi oleh impedansi rangkaian yang menunjukkan mulainya percikan.a e 0 À1 maka
2. Mekanisme Kegagalan Streamer
Ciri utama kegagalan streamer adalah postulasi sejumlah besar foto ionisasi molekul gas dalam ruang di depan streamer dan pembesaran medan listrik setempat oleh muatan ruang ion pada ujung streamer. Muatan ruang ini menimbulkan distorsi medan dalam sela. Ion positif dapat dianggap stasioner dibandingkan elektron-elektron yang begerak cepat dan banjiran elektron terjadi dalam sela dalam awan elektron yang membelakangi muatan ruang ion positif. Medan Er yang dihasilkan oleh muatan ruang ini pada jari jari R adalah :
x dx sehingga :a e aPada jarak dx, jumlah pasangan elektron yang dihasilkan adalah
(2Dt).ÖR adalah jari jari banjiran setelah menempuh jarak x, dengan rumus diffusi R=
Dimana t = x/V sehingga
dimana :
0 : permitivitas ruang bebas, R : jari jari (cm), V : kecepatan banjiran, dan D : koefisien diffusi.eN : kerapatan ion per cm2, e : muatan elektron ( C ),
Udara
Udara merupakan bahan isolasi yang mudah didapatkan, mempunyai tegangan tembus yang cukup besar yaitu sekitar 30 kV/cm. kalau dua buah elektroda yang dipisahkan dengan udara mempunyai beda potensial yang tinggi yaitu tegangan yang melebihi tegangan tembus, maka akan timbul loncatan bunga api. Bila tegangan itu dinaikkan lagi, maka akan terjadi busur api. Besarnya tegangan tembus dipengaruhi oleh tekanan udara. Secara umum,makin besar tekanannya, main besar pula tegangan tembusnya. Tetapi pada keadaan pakemjustru tegangan tembus akan menjadi lebih besar. Keadaan yang demikian inilah yang justru digunakan atau diterapkan pada peralatan listrik.
Sulphur Hexa Fluorida
Sulphur Hexa Fluorida (SF6) merupakan suatu gas bentukan antara unsur sulphur dengan fluor dengan reaksi eksotermis :
S + 3 F2 SF6 + 262 kilo kalori
Sampai saat ini SF6 merupakan gas terberat yang mempunyai massa jenis 6.139 kg/m3 yaitu sekitar 5 kali berat udara pada suhu 00 celcius dan tekanan 1 atmosfir.
Sifat dari SF6 sebagai media pemadam busur api dan relevansinya pada sakelar pemutus beban adalah :
a. Hanya memerlukan energi yang rendah untuk mengoperasikan mekanismenya. Pada prinsipnya, SF6 sebagai pemadam busur api adalah tanpa memerlukan energi untuk mengkompresikannya, namun semata-mata karena pengaruh panas busur api yang terjadi.
b. Tekanan SF6 sebagai pemadam busur api maupun sebagai pengisolasi dapat dengan mudah dideteksi
c. Penguraian pada waktu memadamkan busur api maupun pembentukannya kembali setelah pemadaman adalah menyeluruh
d. Relatif mudah terionisasi sehingga plasmanya pada CB konduktivitas tetap rendah dibandingkan pada keadaan dingin. Hal ini mengurangi kemungkinan busur api tidak stabil dengan demikian ada pemotongan arus dan menimbulkan tegangan antar kontak.
e. Karakteristik gas SF6 adalah elektro negatif sehingga penguraiannya menjadikan dielektriknya naik secara bertahap
f. Transien frekuensi yang tinggi akan naik selama operasi pemutusan dan dengan adanya hal ini busur api akan dipadamkan pada saat nilai arusnya rendah.
Isolator Cair
Isolasi cair memiliki
dua fungsi yaitu sebagai pemisah antara bagian yang bertegangan dan juga
sebagai pendingin Sehingga banyak digunakan pada peralatan seperti
transformator, Pemutus Tenaga, switch gear.
Mekanisme Ketembusan
Isolasi Cair
Ada beberapa alasan
mengapa isolasi cair digunakan, antara lain yang pertama adalah isolasi cair
memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan dengan isolasi gas,
sehingga memiliki kekuatan dielektrik yang lebih tinggi menurut hukum Paschen. Kedua isolasi cair akan
mengisi celah atau ruang yang akan diisolasi dan secara serentak melalui proses
konversi menghilangkan panas yang timbul akibat rugi energi. Ketiga isolasi
cair cenderung dapat memperbaiki diri sendiri (self healing) jika terjadi
pelepasan muatan (discharge). Namun kekurangan utama isolasi cair adalah mudah
terkontaminasi.
Beberapa macam faktor
yang diperkirakan mempengaruhi ketembusan minyak transformator seperti luas
daerah elektroda, jarak celah (gap spacing), pendinginan, perawatan sebelum
pemakaian (elektroda dan minyak ), pengaruh kekuatan dielektrik dari minyak
transformator yang diukur serta kondisi pengujian atau minyak transformator itu
sendiri juga mempengaruhi kekuatan dielektrik minyak transformator.
Ketembusan isolasi
(insulation breakdown, insulation failure) disebabkan karena beberapa hal antara
lain isolasi tersebut sudah lama dipakai, berkurangnya kekuatan dielektrik dan
karena isolasi tersebut dikenakan tegangan lebih. Pada prinsipnya tegangan pada
isolator merupakan suatu tarikan atau tekanan (stress) yang harus dilawan oleh
gaya dalam isolator itu sendiri agar supaya isolator tidak tembus. Dalam
struktur molekul material isolasi, elektronelektron terikat erat pada
molekulnya, dan ikatan ini mengadakan perlawanan terhadap tekanan yang
disebabkan oleh adanya tegangan. Bila ikatan ini putus pada suatu tempat maka
sifat isolasi pada tempat itu hilang. Bila pada bahan isolasi tersebut
diberikan tegangan akan terjadi perpindahan elektron-elektron dari suatu
molekul ke molekul lainnya sehingga timbul arus konduksi atau arus bocor.
Karakteristik isolator akan berubah bila material tersebut kemasukan suatu
ketidakmurnian (impurity) seperti adanya arang atau kelembaban dalam isolasi
yang dapat menurunkan tegangan tembus.
Sifat-Sifat Listrik
Cairan Isolasi
Sifat sifat listrik yang
menentukan unjuk kerja cairan sebagai isolasi adalah:
- Withstand Breakdown
kemampuan untuk tidak mengalami ketembusan dalam kondisi tekanan listrik
(electric stress ) yang tinggi.
- Kapasitansi Listrik
per unit volume yang menentukan permitivitas relatifnya. Minyak petroleum
merupakan subtansi nonpolar yang efektif karena merupakan campuran cairan
hidrokarbon. Minyak ini memiliki permitivitas kira-kira 2 atau 2.5 . Ketidak
bergantungan permitivitas subtansi nonpolar pada frekuensi membuat bahan ini
lebih banyak dipakai dibandingkan dengan bahan yang bersifat polar. Misalnya
air memiliki permitivitas 78 untuk frekuensi 50 Hz, namun hanya memiliki
permitivitas 5 untuk gelombang mikro.
- Faktor daya: Faktor
dissipasi daya dari minyak dibawah tekanan bolak balik dan tinggi akan menentukan
unjuk kerjanya karena dalam kondisi berbeban terdapat sejumlah rugi rugi
dielektrik. Faktor dissipasi sebagai ukuran rugi rugi daya merupakan parameter
yang penting bagi kabel dan kapasitor. Minyak transformator murni memiliki
faktor dissipasi yang bervariasi antara 10-4 pada 20oC dan 10-3 pada 90oC pada
frekuensi 50 Hz.
- Resistivitas: Suatu
cairan dapat digolongkan sebagai isolasi cair bila resitivitasnya lebih besar
dari109 W-m. Pada sistem tegangan tinggi resistivitas yang diperlukan untuk material
isolasi adalah 1016 W-m atau lebih. (W=ohm) Berdasarkan standar yang
dikeluarkan oleh ASTM yakni dalam standar D-877 disebutkan bahwa suatu bahan
isolasi harus memiliki tegangan tembus sebesar kurang lebih 30 kV untuk lebar
sela elektroda 1 mm, dengan kata lain kekuatan dielektrik bahan isolasi kurang
lebih 30 kV/mm. Sedangkan menurut standar ASTM D-1816 suatu bahan isolasi harus
mampu menahan tegangan sebesar 28 kV untuk suatu lebar sela elektroda sebesar
1,2 mm. Standar ini merupakan standar yang diterima secara internasional dan
harus dipenuhi oleh suatu bahan yang dikategorikan sebagai suatu bahan isolasi.
Kegagalan Pada Isolasi
Cair (Minyak)
Karakteristik pada
isolasi minyak trafo akan berubah jika terjadi ketidakmurnian di dalamnya. Hal
ini akan mempercepat terjadinya proses kegagalan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kegagalan isolasi antara lain adanya partikel padat, uap air dan
gelembung gas.
ü Mekanisme
Kegagalan Isolasi Cair
Teori mengenai kegagalan
dalam zat cair kurang banyak diketahui dibandingkan dengan teori kegagalan gas
atau zat padat. Hal tersebut disebabkan karena sampai saat ini belum didapatkan
teori yang dapat menjelaskan proses kegagalan dalam zat cair yang benar-benar
sesuai antara keadaan secara teoritis dengan keadaan sebenarnya. Teori
kegagalan zat isolasi cair dapat dibagi menjadi empat jenis sebagai berikut:
a. Teori Kegagalan
Elektronik
Teori ini merupakan
perluasan teori kegagalan dalam gas, artinya proses kegagalan yang terjadi
dalam zat cair dianggap serupa dengan yang terjadi dalam gas. Oleh karena itu
supaya terjadi kegagalan diperlukan elektron awal yang dimasukkan kedalam zat
cair. Elektron awal inilah yang akan memulai proses kegagalan.
b. Teori Kegagalan
Gelembung
Kegagalan gelembung atau
kavitasi merupakan bentuk kegagalan zat cair yang disebabkan oleh adanya
gelembung-gelembung gas di dalamnya.
c. Teori Kegagalan Bola
Cair
Jika suatu zat isolasi
mengandung sebuah bola cair dari jenis cairan lain, maka dapat terjadi
kegagalan akibat ketakstabilan bola cair tersebut dalam medan listrik. Medan
listrik akan menyebabkan tetesan bola cair yang tertahan didalam minyak yang
memanjang searah medan dan pada medan yang kritis tetesan inimenjadi tidak
stabil. Kanal kegagalan akan menjalar dari ujung tetesan yang memanjang sehingga
menghasilkan kegagalan total.
d. Teori Kegagalan Tak
Murnian Padat
Kegagalan tak murnian
padat adalah jenis kegagalan yang disebabkan oleh adanya butiran zat padat
(partikel) didalam isolasi cair yang akan memulai terjadi kegagalan.
Macam-Macam Isolator
Cair
- Minyak transformator
Minyak transformator
adalah minyak mineral yang diperoleh dengan pemurnian minyak mentah. Dalam
pemakaiannya, minyak ini karena pengaruh panas dari rugi-rugi di dalam
transformator akan timbul hidrokarbon.
Sebagian besar dari transformator
tenaga memiliki kumparan-kumparan yang intinya direndam dalam minyak
transformator, terutama pada transformator-transformator tenaga yang
berkapasitas besar, karena minyak transformator mempunyai sifat sebagai media
pemindah panas (disirkulasi) dan juga berfungsi pula sebagai isolasi (memiliki
daya tegangan tembus tinggi) sehingga berfungsi sebagai media pendingin dan
isolasi.
Selain berasal dari
minyak mineral, minyak transformator dapat pula dibuat dari bahan organic,
misalnya: minyak trafo piranol, silikon. Sebagai bahan isolasi, minyak
transformator harus mempunyai tegangan tembus yang tinggi.
Minyak transformator
harus memenuhi persyaratan, yaitu:
• kekuatan isolasi
tinggi
• penyalur panas yang
baik, berat jenis yang kecil, sehingga partikel-partikel dalam minyak dapat
mengendap dengan cepat
• viskositas yang
rendah, agar lebih mudah bersirkulasi dan memiliki kemampuan pendinginan
menjadi lebih baik
• titik nyala yang
tinggi dan tidak mudah
• tidak merusak bahan
isolasi padat
• sifat kimia yang
stabil
Kegunaan minyak trafo
adalah selain untuk bahan isolasi juga sebagai media pendingin antara kumparan
kawat atau inti besi dengan sirip pendingin. Agar minyak trafo berfungsi dengan
baik, kualitas minyak harus sesuai dengan standar kebutuhan, ditunjukkan pada
tabel 1.
Tabel 1. Spesifikasi
Minyak Isolasi Baru.
Untuk minyak isolasi
pakai berlaku untuk transformator berkapasitas > 1 MVA atau bertegangan
>30 kV sifatnya seperti ditunjukkan pada Tabel 2.
Jarak elektroda dibuat
2,5 cm, sedangkan tegangannya dapat diatur dengan menggunakan auto
transformator sehingga dapat diketahui tengan sebelum saat terjadinya kegagalan
isolasi yaitu terjadinya loncatan bunga api. Loncatan bunga api dapat dilihat
lewat lubang yang diberi kaca. Selain itu dapat dilihat dari voltmeter tegangan
tertinggi sebelum terjadinya kegagalan isolasi (karena setelah terjadinya
kegagalan isolasi voltmeter akan menunjukkan harga nol).
ü Proses
pemurnian minyak transformator
Minyak transformator
dapat dikotori oleh uap air, fiber (misalnya: kertas, kayu, tekstil), dammar
dsb. Hal ini dapat mempengaruhi kemurnian minyak transformator. Bentuk dari
pengotoran dapat bermacam-macam yaitu: meleleh dan mencairnya bahan-bahan yang
digunakan di dalam transformator, partikel-partikel yang mengendap di dasar
tangki, pada belitan atau pada intinya. Dengan adanya pengotoran maka tegangan
tembus minyakakan menurun dan ini berarti mengurangi atau menurunnya umur
pemakaian minyak.
Akhir-akhir ini usaha
memperlambat terjadinya penurunan tegangan tembus minyak transformator untuk
pemakaian pada transformator yang bertegangan kerja tinggi dan dayanya besar,
ruangan yang terdapat di atas permukaan minyak diisi bdengan gas murni
(biasanya nitrogen).
Cara lain untuk
memperpanjang umur minyak transformator adalah dengan mencampurkan senyawa
tertentu antara lain: paraoksi diphenilamin. Senyawa tersebut dimasukan ke
dalam minyak transformtor yang telah dipanasi 80˚ hingga 85˚C. campuran
tersebut konsentrasinya dibuat 0,1% dan selanjutnya didinginkan. Minyak
transformator yang sudah diberi senyawa paraoksi dipenilamin akan berwarna
kemerah-merahan.
a. Pemanasan
Pada cara ini minyak
transformator dipanasi hingga titik didih air pada perangkat khusus yang
disebut Penggodok minyak (Oil Boiler). Air yang yang terkandung di dalam minyak
akan menguap.
Cara ini dianggap
sebagai cara yag paling sederhana dalam hal pemurnian minyak transformator.
Dengan cara ini bahan-bahan pencemar padat, misalnya: fiber, jelaga: akan tetap
tinggal di dalam minyak. Apabila pemanasan tersebut mendekati titik penguapan
minyak, akan menyebabkan umur minyak berkurang. Namun hal ini dapat diiatasi
dengan cara memanaskan minyak di tempat pakem, sehingga air akan menguap pada
suhu yang relative rendah. Namun demikian pencemar selain air akan tetap
tinggal di dalam minyak.
b. Penyaringan
Pada metode ini
digunakan kertas khusus untuk menyaring minyak yang tercemar. Untuk mempercepat
waktu penyaringan, digunakan tekanan. Air yang terkandung dalam ninyak
transformator diserap dengan kertas higriskopis. Dengan cara ini baik air
maupun partikel-partikel pencemar lainnya akan tersaring sekaligus.
Untuk menambah output
mesin penyaring, minyak dipanasi 40˚ hingga 45˚C sehingga viskositas minyak
menurun dan dengan demikian makin memudahkan penyaringan.
Normalnya, minyak yang
akan disaring dimasukkan ke filter atau penyaring dengan tekanan 3 hingga 5
atmosfir. Biasanya penyaring diganti setelah digunakan selama 4 jam, tetapi
bila minyaknya sangat kotor, penggantiannya dilakukan setiap 0,5 hingga 1 jam.
c. Pemusingan
Pencemaran minyak
transformator misalnya: fiber, karbon maupun lumpur adalah lebih besar daripada
minyak transformator sehingga kotoran-kotoran tersebut suatu saat mengendap dan
mudah dipisahkan secara kasar. Untuk mempercepat proses pemisahan, maka minyak
dipanaskan 45˚ hingga 55˚ di dalam suatu tabung dan kemudian diputar atau
dipusing dengan cepat. Karena gaya sentrifugal, maka subtansi yang lebih
berat akan berada di bagian pinggir bejana dan minyaknya sendiri yang relative
lebih ringan akan berada di tengah bejana.
Bagian utama dari
pemutar adalah sebuah silinder yang memiliki lempengan-lempengan (hingga 50
buah). Lempengan-lempengan tersebut berputar bersama-sama dengan poros.
d. Regenerasi
Pencemaran minyak
transformtor seperti yang dijelaskan sebelumnya. Pencemaran akan lebih dapat
dihilangkan dengan pemurnian khusus yaitu regenerasi.
Cara ini mengunakan
absorben untuk regenarasi minyak transformator. Dalam praktek, cara ini banyak
digunakan pembangkit-pembangkit tenaga listrik dan gardu-gardu induk.
Absorben adalah subtansi
yang siap menyerap produk yang diakibatkan oleh pemakaian dan kelembaban pada
minyak transformator. Regenerasi dengan absorben dapat lebih baik hasilnya jika
dilakukan setelah minyak ditambah dengan H2SO4.
Selanjutnya jika terjadi kelebihan asam dapat dinetralisir dengan kalium
hidroksida (KOH) dan kemudian minyaknya dicuci dengan air yang dialirkan,
ditambah dengan absorben dan kemudian disaring.
Terdapat 2 cara untuk
menambahjan absorben ke dalam minyak transformator, yaitu:
-
Minyak dipanaskan dan dicampur dengan absorben yang dipadatkan dan kemudian
disaring. Cara atau metode ini disebut Metode Sentuhan (Contact Method).
-
Minyak yang telah dipanasi dialikan melalui lapisan tipis dari absorben yang
disebut Metode Filtrasi.
Filtrasi penyerap untuk
regenerasi minyak transfortor terdiri dari sebuah silinder yang dilas dengan
sebuah kawat kasa di dasarnya, di sini penyerap dimasukkan ke dalam minyak
kemudian dialirkan melalui kawat kasa tersebut.
Lama kelamaan kawat kasa
akan tersumbat partikel-partikel halus dari absorben. Untuk membersihkan
absorben yang tersaring dan sisa-sisa minyak, silinder dapat dibalikkan atau
diputar 180˚.
Instalasi ini akan lebih
efisien jika 10% sampai 20% absorben dibuang dari dasar absorber dan
ditambahkan absorben baru.
Dapat digunakan 2
absorber yang dikopel secara seri sehingga minyak mengalir pada awal melalui absorber
yang mash baru, kemudian minyak dialirkan ke absorber yang berikutnya.
Absorber yang digunakan
untuk regenerasi kebanyakan produk buatan misalnya: silikagel, alumina atau
tanah liat khusus.
ü Perbandingan
Tegangan Tembus Media Isolasi Minyak Baru dan Minyak Bekas
Tegangan tembus pada
isolasi minyak baru lebih besar dibandingkan dengan isolasi minyak bekas. Hal
ini disebabkan karena pada minyak bekas terdapat kandungan partikel-partikel
dan uap air yang menyebabkan ketidakmurnian pada minyak.
Apabila jumlah partikel
yang melayang pada minyak sangat banyak, partikel-partikel tersebut akan
embentuk semacam jembatan yang menghubungkan kedua elektroda sehingga
mengakibatkan terjadinya peristiwa kegagalan. Namun bila hanya terdapat sebuah
partikel, partikel tersebut akan membuat perluasan area medan (local field
enhancement) yang luasnya ditentukan oleh bentuk partikel itu sendiri. Jika
perluasan area medan ini melebihi ketahanan benda cair, maka terjadilah
peristiwa kegagalan setempat (local breakdown) yaitu terjadi di dekat
partikel-partikel asing
tersebut. Hal ini akan membuat terbentuknya gelembung-gelembung gas yang pada
akhirnya juga menyebabkan peristiwa kegagalan pada minyak tersebut.
Pada minyak bekas
cenderung memiliki kadar uap air yang lebih besar daripada minyak baru. Seperti
telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada saat medan listrik yang tinggi, molekul
uap air yang terlarut memisah dari minyak dan terpolarisasi membentuk suatu
dipol. Jika jumlah molekul-molekul uap air benyak, maka akan terbentuk kanal
peluahan. Kanal ini akan merambat dan memanjang sampai menghasilkan tembus
listrik.
Ketidakmurnian ini
sangat berpengaruh dalam kegagalan isolasi sehingga pada minyak bekas akan
lebih mudah terjadi dischargedibandingkan dengan minyak baru karena
kekuatan isolasi minyak bekas sudah tidak sebagus minyak baru.
- Minyak Sintetis
Isolasi cairan sintetis
yang banyak digunakan adalah cairan yang berisi Chloor (hidrokarbon seperti
difenil C10 H12) dimana 3 sampai 5 atom hydrogen
diganti dengan atom Chloor. Bahan-bahan ini di antaranya adalah: Sovol,
Askarel, Araclor, Pyralen, Shibanol.
- Sovol
Sovol adalah cairan yang
agak kental, tidak berwarna. Massa jenisnya jauh lebih besar dari minyak
transformator yaitu 1,5 g/cm3. Tegangan tembus sovol kurang lebih
sama dengan minyak transformator yaitu ± 20 kV/cm, sedangkan permitivitasnya
lebih tinggi.
Bahan sovol ditambah
sedikit dengan Trichlorobenzena (C8H3L3) untuk
mengurangi kekentalannya diperoleh bahan baru dengan nama Sovtol.
Salah satu manfaat
penggunaan sovol dan sovtol adalah karena pencampuran uapnya dengan udara tidak
terbakar dan tidak menyebabkan ledakan. Karena itu transformator yang diisi
dengan sovtol tidak mempunyai resiko kebakaran dan dapat dipasang di dalam
ruangan jika transformator minyak biasa tidak memungkinkan dipasang.
Sovol dan sovtol tidak
dapat digunakanuntuk bahan isolasi pemutus, karena akibat adanya busur api pada
waktu terjadinya pemutusan akan menghasilkan karbon. Kekurangannya yang lian,
bahan ini adalah beracun, karena itu jika mengunakan bahan ini harus diimbangi
dengan ventilasi yang baik.
- Minyak Silikon
Bahan ini lebih mahal
harga daripada minyak transformator. Tetapi mempunyai kelebihan antara lain
sudut kerugian dielektrik kecil, higroskopisitasnya dapat diabaikan dan
resistivitas panasnya relative tinggi. Massa jenis ±1 g/cm3,
permitivitas relatifnya 2,5; tan 0,OOO2 PADA 1000Hz, titik nyala tidak
kurang dari 145˚C, titik beku tidak lebih rendah dari -60˚C.
Isolasi padat
Zat
padat mempunyai ketahanan isolasi yang lebih besar daripada gas,namun jika
terjadi kegagalan pada zat padat tersebut, maka sulit untuk kembali pada
keadaan awal.
Bahan isolasi padat banyak digunakan untuk isolasi pada kabel tegangan tinggi.
Di Indonesia sendiri, isolator zat padat jenis keramik yang banyak digunakan pada saluran transmisi maupun distribusi. Di daerah pantai dan industri, keramik cenderung lebih cepat terjadi kontaminasi yang akan meningkatkan arus bocor dan terjadinya flashover (loncatan api).
Mekanisme kegagalan bahan isolasi padat terdiri dari beberapa jenis sesuai fungsi waktu penerapan tegangannya. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut :
Bahan isolasi padat banyak digunakan untuk isolasi pada kabel tegangan tinggi.
Di Indonesia sendiri, isolator zat padat jenis keramik yang banyak digunakan pada saluran transmisi maupun distribusi. Di daerah pantai dan industri, keramik cenderung lebih cepat terjadi kontaminasi yang akan meningkatkan arus bocor dan terjadinya flashover (loncatan api).
Mekanisme kegagalan bahan isolasi padat terdiri dari beberapa jenis sesuai fungsi waktu penerapan tegangannya. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut :
Grafik
Kegagalan Isolasi
Kegagalan
asasi (intrinsik) adalah kegagalan yang disebabkan oleh jenis dan suhu bahan (
dengan menghilangkan pengaruh luar seperti tekanan, bahan elektroda,
ketidakmurnian, kantong kantong udara. Kegagalan ini terjadi jika tegangan yang
dikenakan pada bahan dinaikkan sehingga tekanan listriknya mencapai nilai
tertentu yaitu 106 volt/cm dalam waktu yang sangat singkat yaitu 10-8 detik
Kegagalan elektromekanik adalah kegagalan yang disebabkan oleh adanya perbedaan polaritas antara elektroda yang mengapit zat isolasi padat sehingga timbul tekanan listrik pada bahan tersebut. Tekanan listrik yang terjadi menimbulkan tekanan mekanik yang menyebabkan timbulnya tarik menarik antara kedua elektroda tersebut. Pada tegangan 106 volt/cm menimbulkan tekanan mekanik 2 s.d 6 kg/cm2. Tekanan atau tarikan mekanis ini berupa gaya yang bekerja pada zat padat berhubungan dengan Modulus Young Y=(F/A)/(∆L/L) Jika kekuatan asasi (intrinsik) tidak tercapai pada d_0/d=0,6, maka zat isolasi akan gagal bila tegangan V dinaikkan lagi
Kegagalan streamer adalah kegagalan yang terjadi sesudah suatu banjiran (avalance). Sebuah elektron yang memasuki band conduction di katoda akan bergerak menuju anoda dibawah pengaruh medan memperoleh energi antara benturan dan kehilangan energi pada waktu membentur. Jika lintasan bebas cukup panjang maka tambahan energi yang diperoleh melebihi pengionisasi latis (latice). Akibatnya dihasilkan tambahan elektron pada saat terjadi benturan. Jika suatu tegangan V dikenakan terhadap elektroda bola, maka pada media yang berdekatan (gas atau udara) timbul tegangan. Karena gas mempunyai permitivitas lebih rendah dari zat padat sehingga gas akan mengalami tekanan listrik yang besar. Akibatnya gas tersebut akan mengalami kegagalan sebelum zat padat mencapai kekuatan asasinya. Karean kegagalan tersebut maka akan jatuh sebuah muatan pada permukaan zat padat sehingga medan yang tadinya seragam akan terganggu. Bentuk muatan pada ujung pelepasan ini dalam keadaan tertentu dapat menimbulkan medan lokal yang cukup tinggi (sekitar 10 MV/cm). Karena medan ini melebihi kekuatan intrinsik maka akan terjadi kegagalan pada zat padat. Proses kegagalan ini terjadi sedikit demi sedikit yang dapat menyebabkan kegagalan total.
Kegagalan termal, adalah kegagalan yang terjadi jika kecepatan pembangkitan panas di suatu titik dalam bahan melebihi laju kecepatan pembuangan panas keluar. Akibatnya terjadi keadaan tidak stabil sehingga pada suatu saat bahan mengalami kegagalan. Gambar kegagalan ini ditunjukkan seperti :
Kegagalan elektromekanik adalah kegagalan yang disebabkan oleh adanya perbedaan polaritas antara elektroda yang mengapit zat isolasi padat sehingga timbul tekanan listrik pada bahan tersebut. Tekanan listrik yang terjadi menimbulkan tekanan mekanik yang menyebabkan timbulnya tarik menarik antara kedua elektroda tersebut. Pada tegangan 106 volt/cm menimbulkan tekanan mekanik 2 s.d 6 kg/cm2. Tekanan atau tarikan mekanis ini berupa gaya yang bekerja pada zat padat berhubungan dengan Modulus Young Y=(F/A)/(∆L/L) Jika kekuatan asasi (intrinsik) tidak tercapai pada d_0/d=0,6, maka zat isolasi akan gagal bila tegangan V dinaikkan lagi
Kegagalan streamer adalah kegagalan yang terjadi sesudah suatu banjiran (avalance). Sebuah elektron yang memasuki band conduction di katoda akan bergerak menuju anoda dibawah pengaruh medan memperoleh energi antara benturan dan kehilangan energi pada waktu membentur. Jika lintasan bebas cukup panjang maka tambahan energi yang diperoleh melebihi pengionisasi latis (latice). Akibatnya dihasilkan tambahan elektron pada saat terjadi benturan. Jika suatu tegangan V dikenakan terhadap elektroda bola, maka pada media yang berdekatan (gas atau udara) timbul tegangan. Karena gas mempunyai permitivitas lebih rendah dari zat padat sehingga gas akan mengalami tekanan listrik yang besar. Akibatnya gas tersebut akan mengalami kegagalan sebelum zat padat mencapai kekuatan asasinya. Karean kegagalan tersebut maka akan jatuh sebuah muatan pada permukaan zat padat sehingga medan yang tadinya seragam akan terganggu. Bentuk muatan pada ujung pelepasan ini dalam keadaan tertentu dapat menimbulkan medan lokal yang cukup tinggi (sekitar 10 MV/cm). Karena medan ini melebihi kekuatan intrinsik maka akan terjadi kegagalan pada zat padat. Proses kegagalan ini terjadi sedikit demi sedikit yang dapat menyebabkan kegagalan total.
Kegagalan termal, adalah kegagalan yang terjadi jika kecepatan pembangkitan panas di suatu titik dalam bahan melebihi laju kecepatan pembuangan panas keluar. Akibatnya terjadi keadaan tidak stabil sehingga pada suatu saat bahan mengalami kegagalan. Gambar kegagalan ini ditunjukkan seperti :
Kegagalan
Termal
Kegagalan
Erosi, adalah kegagalan yang disebabkan zat isolasi pada tidak sempurna, karena
adanya lubang lubang atau rongga dalam bahan isolasi padat tersebut.
Lubang/rongga akan terisi oleh gas atau cairan yang kekuatan gagalnya lebih
kecil dari kekuatan zat padat. Gambar kegagalan isolasi dan rangkaian ekivalennya
ditunjukkan oleh gambar dibawah ini:
Kegagalan
erosi dan rangkaian
Bentuk
Gelombang rongga isolasi ekivalen padat
Jika
tegangan AC yang dikenakan tidak menghasilkan kegagalan, maka bentuk gelombang
yang terjadi pada rongga adalah V1, tetapi jika V1 cukup besar, maka bisa
terjadi kegagalan pada tegangan V1′. Pada saat terjadi lucutan dengan tegangan
V1′ maka pada rongga tersebut terjadi busur api. Busur api yang terjadi
diiringi oleh jatuhnya tegangan sampai V1″ dan mengalirnya arus. Busur api kemudian
padam. Tegangan pada rongga naik lagi sampai terjadi kegagalan berikutnya pada
tegangan V1′. Hal ini juga terjadi pada setengah gelombang (negatif)
berikutnya. Rongga akan melucut pada waktu tegangan rongga mencapai -V1′. Pada
waktu gas dala rongga gagal, permukaan zat isolasi padat merupakan katoda –
anoda dengan bentuk yang ditunjukkan seperti berikut:
Bentuk
Gas dalam rongga saat mengalami kegagalan
Benturan elektron pada anoda mengakibatkan terlepasnya ikatan kimiawi pada isolasi padat tersebut. Demikian pula pemboman katoda oleh ion ion positif akan mengakibatkan kenaikan suhu yang menyebabkan ketidakstabilan termal, sehingga dinding zat padat lama kelamaan menjadi rusak, rongga menjadi semakin besar dan isolasi menjadi tipis.
Isolasi cair
Isolasi cair memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan dengan isolasi gas, sehingga memiliki kekuatan dielektrik yang lebih tinggi.
Isolasi cair akan mengisi celah atau ruang yang akan diisolasi dan secara serentak melalui proses konversi menghilangkan panas yang timbul akibat rugi energi.
Isolasi cair cenderung dapat memperbaiki diri sendiri (self healing) jika terjadi pelepasan muatan (discharge).
Kekurangan utama isolasi cair adalah mudah terkontaminasi.
Pada umumnya bahan isolasi cair (liquid insulation material) telah digunakan sebagai bahan pengisi pada peralatan-peralatan listrik seperti transformator, kapasitor, dan pemutus beban (circuit breaker). Fungsi bahan ini selain sebagai islolasi juga berfungsi sebagai pendingin bagi peralatan. Oleh karena itu bahan-bahan isolasi cair yang akan digunakan harus mempunyai tegangan tembus dan daya hantar panas yang tinggi serta sifat listrik dan sifat kimia yang dapat menunjang ketahanan isolasi tersebut.
Tegangan tembus pada isolasi minyak cenderung meningkat seiring pertambahan jarak sela elektroda, semakin besar jarak sela elektroda maka tegangan tembusnya akan semakin besar juga.
Tegangan tembus pada isolasi minyak baru pada jarak yang sama lebih besar dibandingkan tegangan tembus pada isolasi minyak bekas.
Benturan elektron pada anoda mengakibatkan terlepasnya ikatan kimiawi pada isolasi padat tersebut. Demikian pula pemboman katoda oleh ion ion positif akan mengakibatkan kenaikan suhu yang menyebabkan ketidakstabilan termal, sehingga dinding zat padat lama kelamaan menjadi rusak, rongga menjadi semakin besar dan isolasi menjadi tipis.
Isolasi cair
Isolasi cair memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan dengan isolasi gas, sehingga memiliki kekuatan dielektrik yang lebih tinggi.
Isolasi cair akan mengisi celah atau ruang yang akan diisolasi dan secara serentak melalui proses konversi menghilangkan panas yang timbul akibat rugi energi.
Isolasi cair cenderung dapat memperbaiki diri sendiri (self healing) jika terjadi pelepasan muatan (discharge).
Kekurangan utama isolasi cair adalah mudah terkontaminasi.
Pada umumnya bahan isolasi cair (liquid insulation material) telah digunakan sebagai bahan pengisi pada peralatan-peralatan listrik seperti transformator, kapasitor, dan pemutus beban (circuit breaker). Fungsi bahan ini selain sebagai islolasi juga berfungsi sebagai pendingin bagi peralatan. Oleh karena itu bahan-bahan isolasi cair yang akan digunakan harus mempunyai tegangan tembus dan daya hantar panas yang tinggi serta sifat listrik dan sifat kimia yang dapat menunjang ketahanan isolasi tersebut.
Tegangan tembus pada isolasi minyak cenderung meningkat seiring pertambahan jarak sela elektroda, semakin besar jarak sela elektroda maka tegangan tembusnya akan semakin besar juga.
Tegangan tembus pada isolasi minyak baru pada jarak yang sama lebih besar dibandingkan tegangan tembus pada isolasi minyak bekas.
0 komentar:
Posting Komentar